Senin, 15 Juni 2015

SEJARAH BOLIVIA





SEJARAH BOLIVIA


Sejarah Republik Bolivia mengambarkan mulai dari sebelum kedatangan Columbus sampai penjajahan Spanyol. Masa sebelum kedatangan Columbus Bolivia telah dihuni penduduk Indian sekitar 600 SM yaitu adanya imperium Tiahuanacan. Namun imperium Tiahunacan, seperti halnya dengan suku Maya telah runtuh dan menghilang secara tiba-tiba yang menyimpan misteri sampai saat ini. Dengan runtuhnya imperium Tiahunacan, muncul etnis-etnis besar di daerah sekitar Pegunungan Andes. Kelompok etnis besar tersebut adalah Aymara, Quechua, dan Inca. Suku Inca merupakan suku yang kuat dan wilayah kekuasaannya sampai ke Ekuador, Bolivia, Argentina dan Chili.


Setelah kedatangan bangsa Spanyol suku Inca berhasil ditaklukan dan wilayah Bolivia menjadi koloni Spanyol. Selain itu, Spanyol juga meninggalkan jejak dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Selama 300 tahun pemerintahan kolonial Spanyol eksploitasi kekayaan mineral di wilayah Bolivia, yang merupakan tulang punggung ekonomi Bolivia. Dalam eksploitasi kolonial Spanyol menggunakan tenaga kerja paksa suku Indian di Bolivia, hasil kekayaan mineral berupa perak, timah dan barang tambang lainnya di ekspor ke negara Spanyol. Salah satu wilayah Bolivia yaitu di Potosi merupakan penghasil perak terbesar di dunia Barat. Dengan demikian Spanyol telah memgunakan sistem merkantilise di daerah koloninya.


Setelah mengalami penjajahan Spanyol dan Portugal selama tiga abad, maka timbul hasrat rakyat daerah-daerah jajahan tersebut untuk merdeka. Namun perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Amerika Latin tidak berlangsung secara serentak, akan tetapi secara masing-masing setiap daerah jajahan.


Pada umumnya hasrat untuk meretakan belenggu penjajahan asing dipengaruhi dua faktor penyebab yaitu intern dan ekstern. Faktor internnya berasal dari sistem kolonialisme sendiri. Dalam sistem ini rakyat daerah jajahan diperlakuan secara tidak adil, diperas, demi kepentingan sistem merkantilisme ekonomi, rakyat harus bekerja keras, pajak dipungut terlalu tinggi, hak-hak asasi diinjak-injak, dan rakyat dibiarkan tidak terdidik. Sistem kolonialisme dilaksanakan melalui tiga unsur kekuasaan bersama, yaitu negara, yang diwakili oleh para pejabat administrasi kolonial, gereja yang diwakili oleh pendeta khatolik, dan tentara, yang pada umumnya terdiri dari para petualang fisik.


Sedangkan faktor ekstern berasal dari luar sistem kolonialisme sendiri. Komunikasi rakyat daerah jajahan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan dunia luar merupakan inspirasi yang terbesar bagi tumbuhnya gagasan-gagasan baru dalam menemukan cara-cara memperjuangkan kemerdekaan. Adanya kesempatan kecil bagi beberapa gelintir rakyat golongan kaya untuk mengenyam pendidikan di luar negeri, dan timbulnya kejadian-kejadian di dunia yang bersifat humanistis dan revolusioner, seperti Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, Revolusi Inggris dan Kejadian-Kejadian di Inggris serta Penyerbuan Napoleon, sangat mempengaruhi cara berpikir dan perjuangan rakyat-rakyat Amerika Latin yang terjajah. Seperti halnya dengan Bolivia yang menjadi daerah koloni Spanyol. Pertambangan perak di Bolivia memberi konstribusi bagi keuangan Spanyol, dan bangsa Spanyol mempekerjakan rakyat Bolivia sebagai budak untuk bekerja di pertambangan.


Negara Bolivia dahulunya bernama Peru Atas ( Upper Peru), rakyat Bolivia memberontak pada tahun 1808, 1810, dan 1815 namun mengalami kegagalan. Seorang bangsawan militer yaitu Simon Boliviar, mengirimkan dua ekspedisi pada tahun 18822-1823, akan tetapi baru berhasil setelah Pertempuran Junin. Pada tanggal 5 Januari 1825, Boliviar mengumumkan kemerdekaan dari Spanyol di La Paz. Pasukan terakhir Spanyol menyerah tanggal 1 April. Kemudian Boliviar diangkat sebagai ” bapak Peru Atas”, yang pada tanggal 25 Agustus negara ini mengubah namannya Bolivia, sebagai penghargaan jasa-jasa “Libertador”. ( Hidayat Mukmin 1981:35).


Republik Bolivia adalah sebuah negara di Amerika Selatan yang berbatasan dengan Brasil di sebelah utara dan timur, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan Paraguay dan Argentina, serta bagian barat berbatasan dengan Chili dan Peru. Di antara negara-negara di Amerika Selatan, wilayah Bolivia merupakan negara yang tertinggi dan terpencil. Negara ini adalah salah satu penghasil koka dan timah terbesar di dunia. Luas wilayah Bolivia sekitar 424.135 mil² (1.098.581 km². Dengan demikian Bolivia adalah negara terbesar ke-28 (setelah Ethiopia). Ukurannya sama seperti Mauritania.


Bolivia adalah salah satu anggota Komunitas Negara Andes (Comunidad Andina de Naciones), yang bergabung dengan negara lainnya seperti Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela (dalam proses keluar). Pada tahun 1996, ditandatangani Pacto Andino Grupo Andino. Komunitas Negara Andes adalah organisasi regional yang bergerak di bidang ekonomi dan politik yang dibentuk pada tanggal 26 Mei 1969. Markasnya berada di Lima, Peru.

Bolivia adalah negara pedalaman, yang berarti setiap perbatasan Bolivia adalah perbatasan dengan negara lain, sehingga tidak memiliki laut. Dahulu Bolivia memiliki pesisir di Samudra Pasifik, namun hilang pada tahun 1979 akibat Perang Pasifik. Bagian barat Bolivia adalah jajaran pegunungan Andes. Pegunungan tertinggi di Bolivia disebut Nevado Del Sajama dan terdapat kota Oruro. Meskipun bagian negara sangat tinggi yang berupa daerah pegunungan, akan tetapi terdapat bagian wilayah yang datar, dan bagian negara yang hampir mendekati permukaan laut. Selain itu juga ada bagian wilayah Bolivia yang tertutup oleh hutan hujan Amazon, dan danau besar yang merupakan danau tertinggi di dunia, yaitu Danau Titicaca. Ada beberapa pusat kota utama di Bolivia yakni; La Paz, Santa Cruz de la Sierra dan Cochabamba.


Sebaran etnis di Bolivia diperkirakan 30% Amerindian berbahasa Quechua dan 25% Amerindian berbahasa Aymara. Sebagian besar penduduk asli Bolivia adalah orang Quechua (2,5 juta), Aymara (2 juta), kemudian Chiquitano (180.000), dan Guarani (125.000). Sisanya 30% adalah Mestizo (campuran Eropa dan Amerindian), dan sekitar 15% orang berkulit putih. Penduduk kulit putih terbesar adalah criollo, yang terdiri atas keluarga keturunan asli Spanyol. Kelompok kecil lainnya yang menghuni negara Bolivia diantaranya adalah orang Jerman yang mendirikan maskapai penerbangan nasional Lloyd Aereo Boliviano, orang Italia, Amerika, Basque, Kroasia, Rusia, Polandia, dan penduduk yang lainnya. Perlu diketahui bahwa masyarakat Afro-Bolivia yang berjumlah lebih dari 0,5%, penduduknya terdiri dari orang Afrika yang diangkut ke Brazil untuk bekerja dan kemudian pindah ke arah selatan (Bolivia). Mereka sebagian besar dipusatkan di kawasan Yungas (provinsi Nor Yungas dan Sud Yungas) di departemen of La Paz, sekitar 3 jam dari kota La Paz. Ada juga orang Jepang dan Timur Tengah yang sebagian besar mendiami Santa Cruz de la Sierra, hidup dari perdagangan.


Bolivia adalah salah satu negara yang kurang berkembang di Amerika Selatan. Hampir dua pertiga penduduknya, sebagian besar petani subsisten, hidup dalam kemiskinan. Kepadatan penduduk berkisar dari kurang dari 1 jiwa/km persegi di dataran tenggara hingga sekitar 10 jiwa/km persegi (25 per mi2) di tengah dataran tinggi. Sejak 2006, penduduknya bertambah sekitar 1,45% per tahun. La Paz adalah ibukota tertinggi di dunia pada 3.600 m (11.800 kaki.) di atas permukaan laut. Kota yang berdekatan adalah El Alto, pada 4.200 m (13.800 kaki) dpl, merupakan salah satu kota yang paling cepat berkembang di Belahan Barat. Santa Cruz sebagai pusat perdagangan dan industri di dataran rendah bagian timur, juga sedang mengalami pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi.


Mayoritas agama Bolivia adalah Katolik Roma sebagai agama resmi, namun agama Protestan juga berkembang pesat. Sedangkan pemeluk agama Islam yang dibawa oleh keturunan Timur Tengah sangat sedikit. Selain itu juga terdapat komunitas Yahudi kecil yang hampir semuanya berasal dari Ashkenazi. Lebih dari 1% orang Bolivia mempraktekkan kepercayaan Baha’i. Ada pula koloni orang Mennonit di departemen Santa Cruz. Sekitar 80% penduduknya berbahasa Spanyol sebagai bahasa ibu, dan sisanya berbahasa Aymara dan Quechua. Tingkat melek huruf rendah khususnya didaerah-daerah pinggiran kota. Namun menurut CIA tingkat melek huruf di negara Bolivia 87% yang lebih besar daripada tingkat melek huruf di Brazil atau negeri-negeri Timur Tengah lainnya. Perkembangan budaya Bolivia masa kini terbagi atas 3 periode berbeda yaitu periode pra-Columbus, kolonial, dan republik. Reruntuhan arkeologi, ornamen emas dan perak, monumen batu, keramik, dan tenunan tetap dari beberapa budaya pra-Columbus yang penting. Reruntuhan utama termasuk Tiahuanacan, Samaipata, Incallajta, dan Iskanawaya.


Bangsa Spanyol membawa kebudayaan, seni, dan agamanya sendiri yang dikembangkan oleh penduduk asli dan keturunan mestizo, kemudian berkembang menjadi gaya arsitektur, lukisan, dan pahatan yang kaya dan istimewa yang dikenal sebagai "Mestizo Baroque". Masa kolonial tak hanya memproduksi lukisan Perez de Holguin, Flores, Bitti, dan lain-lain, namun juga terdapat beberapa karya lain seperti pemahat batu, pemahat kayu, perajin emas, dan pengrajin perak terlatih namun karya mereka kurang dikenal. Sebuah alat musik barok keagamaan asli dari masa kolonial ditemukan di tahun-tahun terkini dan telah dipertunjukkan di kancah internasional dan mendapat pengakuan sejak 1994.


Bolivia tetap menjadi negara termiskin di Amerika Selatan setelah Guyana. Hal ini berkaitan dengan tingginya korupsi dan peran imperialisme kekuatan asing di negeri itu sejak koloniasasi. Negeri ini kaya akan sumber daya alam, sehingga dijuluki "keledai yang duduk di atas tambang emas". Lepas dari pertambangannya yang terkenal, yang ditemukan oleh bangsa Inka dan kemudian dieksploitasi oleh bangsa Spanyol, Bolivia memiliki ladang gas alam terbesar ke-2 di Amerika Selatan setelah Venezuela. Selain itu wilayah El Mutun di departemen Santa Cruz terdapat 70% besi dan magnesium dunia. PDB Bolivia pada 2002 berjumlah 7,9 miliar dolar AS. Perkembangan ekonomi sekitar 2,5% setahun dan inflasi diperkirakan antara 3% dan 4% pada 2002 (di bawah 1% pada 2001).


Keadaan ekonomi terkini Bolivia yang kurang maju dapat dihubungkan dengan beberapa faktor dari 2 dasawarsa terakhir. Faktor utama yang mempengaruhi ekonomi Bolivia adalah turunnya harga perak secara drastis pada awal 1980-an yang berdampak pada sumber pendapatan utama Bolivia satu diantaranya yaitu industri pertambangan. Faktor kedua yang mempengaruhi perekonomian Bolivia muncul pada akhir Perang Dingin di akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an karena bantuan ekonomi ditarik oleh negara-negara barat yang sebelumnya telah mencoba menjaga rezim pasar bebas melalui bantuan keuangan. Faktor ekonomi ketiga berasal dari penghapusan panen koka yang didukung AS, karena 80% koka dimanfaatkan untuk produksi kokain dunia. Dengan adanya pengurangan penanaman koka mengakibatkan perekonomian Bolivia merosot, khususnya kelas petani.


Sejak tahun 1985, Pemerintah Bolivia telah mewujudkan program jangka panjang atas stabilisasi makroekonomi dan reformasi struktural yang ditujukan untuk memelihara kestabilan harga, menciptakan keadaan perkembangan terus menerus, dan mengurangi kelangkaan. Perbaikan layanan bea cukai di tahun-tahun terkini telah meningkatkan keterbukaan di wilayah ini. Perubahan struktural terpenting dalam ekonomi Bolivia telah melibatkan kapitalisasi sejumlah perusahaan sektor publik. Kapitalisasi yang dimaksud adalah bentuk swastanisasi di mana investor mendapat saham 50% dan kendali manajemen perusahaan umum dengan menyetujui investasi langsung ke perusahaan selama beberapa tahun tanpa harus membayar tunai ke pemerintah.


Reformasi legislatif paralel telah menutup kebijakan pasar bebas, khususnya sektor hidrokarbon dan telekomunikasi, yang telah mendorong investasi swasta. Investor asing dilampirkan dalam laporan nasional, dan keberadaan perusahaan asing tidak dibatasi di Bolivia. Program kapitalisasi telah berhasil dalam mendorong investasi asing secara besar-besaran di Bolivia ($1,7 miliar dalam saham selama 1996-2002), arus investasi tersebut telah surut di tahun-tahun terkini karena investor menyelesaikan kewajiban kontrak kapitalisasinya.


Dataran tinggi Bolivia, telah dihuni selama 21.000 tahun yang lalu, yang merupakan bagian dari budaya Indian Amerika Selatan sebelum kedatangan orang-orang Spanyol. Pada 600 SM, kerajaan Indian pertama yaitu Tiahuanacan, muncul di dataran tinggi diantara pegunungan, yang dikenal sebagai Altiplano. Imperium ini, terpusat dibagian tenggara Danau Titicaca dan terdapat pusat-pusat perkotaan di sekitar danau tersebut. Tiahuanacan merupakan pusat perdagangan dan agama, dan dampak budaya yang tersebar luas melampaui batas-batas Bolivia saat ini. Runtuhnya imperium Tiahuanacan tidak diketahui, namun dengan keruntuhan pengaruh Tiahuanacan mengakibatkan munculnya kerajaan Aymara yaitu etnis paling kuat yang terletak di daerah padat penduduk sekitar Danau Titicaca. Aymara, terdiri dari etnis yang kejam dan buas. Mereka tinggal di kota-kota berbenteng di puncak bukit, memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan kondisi iklim yang unik di wilayah ini dan mereka meningkatkan suplai makanan melalui irigasi serta proses pembekuan dan pengeringan tanaman.


Aymara mendominasi Uru, yang merupakan kelompok etnis terbesar di Andes selatan sebelum kedatangan Columbus. Namun Aymara gagal melakukan ekspensi ke Cuzco (Peru sekarang) yang dihuni oleh etnis ketiga terbesar yaitu Quechua yang juga muncul setelah runtuhnya imperium Tiahuanacan. Awal abad ke- 15, Quechua, yang kemudian dikenal sebagai Inca merupakan kelompok yang paling kuat di dataran tinggi utara. Sedangkan kerajaan Aymara di selatan menjadi lemah sehingga pada pertengahan abad ke- 15, suku Inca berhasil menaklukan suku Aymara.


Dataran tinggi Bolivia dikenal sebagai Kollasuyo, sebuah wilayah padat penduduk dengan kekayaan ekonomi dan mineral besar dan merupakan salah satu dari empat unit administratif Kerajaan Inca. Pejabat tertinggi Kollasuyo bertanggung jawab hanya kepada Inca (raja) dan diawasi sekelompok gubernur provinsi, yang anggota juga terdiri dari bangsawan Aymara. Meskipun tujuan mereka membentuk pemerintahan yang terpusat, namun Inca tidak mengubah dasar organisasi kerajaan Aymara yang tetap relatif otonom. Bangsa Aymara juga mampu mempertahankan budaya, agama lokal, dan bahasa mereka. Pada tahun 1470, suku Aymara memberontak melawan kekuasaan Inca. Namun pemberontakan itu tidak berhasil. Akibat dari pemberontakan tersebut suku Inca mengirim koloni suku Quechua ke wilayah Aymara, terutama ke lembah-lembah bagian selatan dan tengah (Cochabamba dan Sucre sekarang). Pada awal abad ke- 16, suku Inca telah berkuasa sepenuhnya atas Kollasuyo. Pada tahun 1524 Francisco Pizarro, Diego de Almagro, dan Hernando de Luque melakukan perlayaran pertama ke wilayah selatan disepanjang pantai Pantai Pasifik dari Panama untuk mengkonfirmasi keberadaan legendaris dari tanah emas yang disebut “Biru” atas nama bangsa Spanyol. Namun setelah raja Huayna Capac meninggal pada tahun 1527, kerajaan Inca mulai melemah karena faktor intern yaitu adanya perebutan kekuasaan antara Huascar dan Atahualpa (anak Huayna Capac) yang mengakibatkan perang saudara. Perang tersebut dimenangkan oleh Atahualpa yang dibantu oleh Spanyol dibawah pimpinan Pizzaro. Namun pada akhirnya, Spanyol berhasil menaklukan kerajaan Inca. (http://translate.googleusercontent.com/translate).


Terkenal sejak masa kolonial Spanyol untuk kekayaan mineral, Bolivia modern pernah menjadi bagian dari kerajaan Inca kuno. Setelah Spanyol mengalahkan Inca pada abad ke-16, mayoritas penduduk Bolivia Indian dikurangi dari perbudakan dan dideportasi ke daerah terpencil disekitar pegunungan Andes untuk melindungi Indian Bolivia dari penyakit Eropa yang menghancurkan Indian Amerika Selatan lainnya. Namun keberadaan kelompok adat besar dipaksa untuk hidup di bawah kekuasaan penjajah. Mereka menciptakan sebuah masyarakat berlapis, yaitu kaya dan miskin yang berlanjut sampai saat ini.


Pada akhir abad ke-17, kekayaan mineral sudah mulai mengering. Tanggal 5 Januari 1825, Bolivia mencapai kemerdekaan dari tangan Spanyol dan hari ini disebut sebagai hari nasional. Penjajahan Spanyol atas Bolivia bermula sejak abad ke 16 dengan merompak kekayaan pertambangan negara ini. Pada era penjajahan Spanyol terhadap Bolivia, banyak kebangkitan dan gerakan yang dipimpin oleh Simon Bolivar seorang aktivis terkenal Amerika Selatan. Revolusi ini bermula pada tahun 1809 dan berkembang secara gradual ke seluruh negara dan berakhir dengan kemerdekaan. Untuk mengenang jasa perjuangan dan pengorbanan Simon Bolivar dalam mencapai kemerdekaan maka negara ini diberi nama Bolivia. Bolivia mempunyai luas wilayah 1,1 juta km persegi yang terletak di barat Amerika Selatan dan bertetangga dengan Peru, Chili, Argentina dan Brazil.


Invasi dari Semenanjung Iberia pada 1807-1808 oleh pasukan Napoleon terbukti penting bagi perjuangan kemerdekaan di Amerika Selatan. Penggulingan Dinasti Bourbon dan penempatan Joseph Bonaparte di atas takhta Spanyol menguji loyalitas elit lokal di Peru Atas, namun ada beberapa pertentangan dari kaum otoritas yang mendukung Junta Tengah (Central Junta) di Spanyol. Akibatnya kekuasaan Ferdinand VII dapat digulingkan. Beberapa kaum liberal penuh semangat menyambut reformasi pemerintahan kolonial yang dijanjikan oleh Joseph Bonaparte. Sedangkan kaum radikal menginginkan kemerdekaan untuk Peru Atas (Bolivia).


Konflik otoritas ini mengakibatkan perebutan kekuasaan lokal di Peru Atas antara 1808 dan 1810 dan merupakan tahap pertama dari upaya untuk mencapai kemerdekaan. Pada tahun 1808, Ramon Garcia Leon de Pizarro (kaum konserfatif), menuntut keadilan dengan Junta Pusat. Pada tanggal 25 Mei 1809, ketegangan tumbuh ketika criollos radikal juga menolak untuk mengakui junta karena mereka menginginkan kemerdekaan, dengan melakukan aksi turun ke jalan. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan yang pertama di Amerika Latin, yang di pelopori oleh kaum otoritas.


Pada tanggal 16 Juli 1809, kaum criollos ( keturunan Eropa asli ) dan mestizo (campuran keturunan Eropa dan Indian) yang dipimpin oleh Pedro Domingo Murillo melakukan pemberontakan di La Paz dan menyatakan sebuah negara merdeka di Peru Atas yang mengatasnamakan Ferdinand VII. Loyalitas terhadap Ferdinand digunakan sebagai taktik untuk melegitimasi gerakan kemerdekaan.


Selama tujuh tahun berikutnya, Peru Atas menjadi medan pertempuran bagi pasukan Republik Argentina dan pasukan royalis dari Peru. Meskipun royalis mundur, namun gerilyawan menguasai sebagian besar daerah pedesaan, mereka membentuk enam republiquetas besar, atau zona pemberontakan. Di zona ini, patriotisme lokal yang akhirnya berkembang menjadi perjuangan untuk kemerdekaan.


Pada tahun 1817 Peru Atas relatif tenang dan di bawah kendali Lima. Setelah tahun 1820 Partai Konservatif criollos didukung Pedro Antonio de Olaneta, penduduk asli Charcas, yang tidak menerima langkah-langkah gubernur dari Spanyol untuk mendamaikan koloni, setelah revolusi Partai Liberal di Spanyol. Olaneta berpendapat bahwa tindakan tersebut mengancam otoritas kerajaan, sehingga Olaneta menolak untuk bergabung dengan pasukan royalis atau tentara pemberontak di bawah komando Simon Bolivar Palacio dan Antonio Jose de Sucre Alcala. Perjuangan untuk kemerdekaan mendapatkan dorongan baru setelah 9 Desember 1824, dalam Pertempuran Ayacucho dengan tentara gabungan yang berjumlah 5.700 orang yang terdiri atas Gran Kolombia dan Peru di bawah komando Antonio Jose de Sucre dapat mengalahkan tentara kaum royalis yang berjumlah 6.500 orang dan berhasil menangkap pemimpinnya, Jose de la Serna. Gabungan tentara Gran Kolombia dan Peru sudah membebaskan Ekuador dan Peru. Setelah Pertempuran Ayacucho, pasukan royalis yang tersisa di bawah komando Antonio Pedro Olaneta, menyerah setelah Olaneta meninggal di Tumusla pada tanggal 2 April 1825. Pada akhirnya Peru berhasil dibebaskan oleh Boliviar dan Sucre dalam pertempuran Junin (6 Agustus 1824) dan pertempuran Ayacucho (9 Desember 1824). Ini merupakan pertempuran terbesar yang terakhir melawan kekuasaan Spanyol di Amerika Latin. Kemudian Bolivar mengumumkan kemerdekaan Peru Atas dari Spanyol pada tanggal 5 Januari 1825 di La Paz.


Simon Bolivar, presiden Gran Kolombia dan Peru pada waktu itu dan Sucre, menentang kemerdekaan Peru Atas, namun para pemimpin lokal baik mantan royalis seperti Casimiro Olaneta (Jenderal Olaneta), dan para pejuang lainnya mendukung kemerdekaan Bolivia. Maka pada tanggal 6 Agustus 1825 Sucre menyatakan Deklarasi Kemerdekaan Peru Atas di kota yang sekarang menyandang namanya dan mengangkat Bolivar sebagai “Bapak Peru Atas”. Kemudian untuk mengenang jasa-jasa Bolivar, pada tanggal 25 Agustus 1825 negara Peru Atas diubah menjadi “Bolivia”. Sejak saat itu, para elit lokal mendominasi kongres dan meskipun mereka mendukung pemerintahan Sucre namun tetap terjadi insiden yang berupaya untuk menggulingkan kekuasaan Sucre. Pada bulan April 1828, Sucre mengundurkan diri dari jabatan presiden Bolivia dan kembali ke Venezuela. Setelah pengunduran Sucre, para elit lokal mengadakan kongres di La Paz dan dipilih Andres de Santa Cruz presiden baru Bolivia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Index Labels